Halaman

Senin, 25 November 2013

Sugesti Mistis


Sore ini begitu indah seperti sore-sore sebelumnya di minggu ini. Matahari turun perlahan, menyisakan gurat oranye-merah-keunguan. Begitu indah dan mempesona. Namun sore ini aku tidak bisa melihatnya utuh karna terhalang pohon-pohon yg menjulang tinggi.
Aku tetap bersyukur dengan hari ini, takdirNya untukku. Aku masih bisa melihat keindahan dunia ini, kilau lampu jalan dan gedung tinggi di malam hari. Aku masih bisa menghirup udara segar alam nan hijau. Aku masih bisa terus melangkahkan kaki ini, menjelajahi setiap tempat yg ditakdirkanNya untukku.
Malam ini, aku masih diizinkan
merasakan rasa yg mistis saat melihat gedung tinggi yg berada dibilangan Jakarta Selatan. Gedung yg sudah tidak digunakan dan tak berpebghuni namun masih berdiri tegak, masih terlihat gagah, dengan gaya arsitekturnya yg menawan. Gedung yg dikelilingi jalan utama, jalan tol, halte transjakarta, dan stasiun kereta.
Entah mengapa, saat ku melihat gedung tersebut di senja ini, ada rasa mistis yg menyelinap dalam benakku. Ada keinginan memotret bangunan tersebut, memotret keadaan jalan protokol di hadapan gedung tersebut, namun ada rasa takut untuk melakukannya yg akhirnya aku mempercepat langkah menuju loket halte. Aku tak berani melihat bangunan tersebut.
Aku menuju tempat, masih dibilangan Jakarta Selatan. Tempat yg menjadi tujuan utama bagi satiap orang yg ingin menikmati makan malam di luar rumah.
Selepas naik bus transjakarta, aku menuju sebuah gedung berlantai 10 di dekat sebuah stadion ternama di Jakarta. Aku terus berjalan melewati keramaian di tempat ini, percakapan orang-orang yg berkumpul dengan rekan-rekannya, aroma masakan dari setiap resto, dan alunan musik pop yg panggungnya berada dihadapan sebuah kampus milik pengusaha besar di negeri ini. Hingga sampai di basement gedung berlantai 10. Masuk lift menuju lantai 7 untuk menemui seseorang yg telah menungguku satu jam yg lalu.
Ada rasa yg sama seperti melihat gedung tak berpenghuni saat didalam lift. Aku mencoba menjaga pikiran dan sugesti supaya hatiku tetap tenang didalam lift sendirian. "ting", pertanda lift sudah berada di lantai 7. Aku bergegas keluar, meletakkan tas dalam loker, dan menemui seseorang yg menungguku di dalam ruangan yg berisi buku-buku.
Aku menceritakan hari ini milikku kepadanya, kami bertukar cerita tentang hari ini milik masing-masing. Tempat ini sudah sepi pengunjung, mungkin aku pengunjung terakhir hari ini. Kami meminjam sebuah buku untuk tugas salah satu mata kuliah jurusan.
Sebelum kami beranjak meninggalkan tempat ini, kami sempatkan melihat pemandangan malam ibukota dari lantai 7. Indah, menawan, dan kontras. Kerlip lampu disetiap bangunan mempercantik pemandangan malam ini. Ingin memotretnya, namun lagi lagi aku tak berani.
Entah perasaan apa hari ini, rasa mistis, sugesti misteri tentang yg gaib.

Depok-Cawang-Kuningan
23 November 2013

Tersadar


Hatiku semakin terbuka akan semua ini, walaupun masih samar dalam pikiranku. Selama ini, sejak aku menjadi mahasiswi UI aku merasa menutup diri, menjauh dari keriuhan dunia, dan hanya menjalani rutinitas yg ada. Seperti tak ada tujuan lebih dalam hidup ini. Mencari kenyamanan pribadi karna merasa sudah lelah dengan perjuangan 6 bulan awal 2013 ini yg penuh ujian. Entah apa yg ada dalam pikiranku, sudah masuk UI itu merasa semuanya sudah cukup, selesai.
Aku jalani kehidupan baruku dengan setting yg membuatku nyaman. Hari berganti hari. Minggu-minggu terlewati hingga mencapai puncak kejenuhanku dalam menjalani hidup dalam kenyamanan seperti ini. Semakin hari bukannya aku semakin nyaman malah aku semakin resah, gusar, dan jenuh dengan rutinitas yang itu-itu aja. Kuliah, ngerjain tugas, baca buku, belajar kelompok, ospek jurusan. Terus berulang setiap minggu.
Aku ingin keluar dari rutinitas yg menjenuhkan ini, butuh kegiatan yg membuatku tertantang, kegiatan yg membuatku survive.
Kini aku sadar, jalan hidupku masih panjang walaupun aku tidak tau berapa lama lagi Allah memberi kesempatan padaku untuk memperberat timbangan kebaikanku di akhirat kelak. Masih banyak yg harus ku perbaiki, masih banyak amanah yg belum dijalani, masih banyak tujuan hidupku yg belum tercapai, dan aku merasa amalanku untuk kehidupan kelak masih sedikit.
Selama ini hatiku sakit, kurang asupan vitamin dalam ruh ku. Aku butuh nutrisi, butuh vitamin.
Aku harus menuliskan lagi impian-impianku. Memperjelas detil setiap impian itu. Dengan impian, aku memiliki motivasi untuk memperbaiki diriku, memperbaiki kehidupanku, dan mengukir sejarah yg baik dan indah untuk dikenang.

Rumah yang selalu ku rindukan
24 November 2013

Minggu, 23 Juni 2013

Apa Pendapat Anda Tentang 'Hantu' ?

Terlalu banyak hantu2 di Indonesia, sehingga saat cerita2 hantu ini didengar, orang2 lupa untuk menggunakan akal sehatnya mentertawakan cerita2 tersebut.

Kenapa kalau orang mati penasaran nanti jadinya hantu gentayangan? Coba tanya sama ahli hantu2, pasti tidak tahu jawabannya. Terus kalau sudah nggak penasaran, jadi happy ending gitu? Bisa istirahat dengan tenang? Aduh, ini sih logika anak2 sekali.

Kenapa pocong itu harus dibelit sama kain lantas loncat2? Bodoh sekali kelakuan pocong ini, nggak ada keren2nya aksi seperti itu. Cari dikit napa aksi yang lebih heroik dan meyakinkan. Kenapa kuntilanak dan sundelbolong itu suka nyulik anak2? Apa nggak tahu dia kalau anak2 itu suka pipis sembarangan, suka pupuf sembarangan. Merepotkan saja. Kenapa tuyul mau saja disuruh maling uang? Aduh, tuyul ini benar2 hantu paling merugi. Sudah hantu, disuruh nyuri, mau pula. Minta tugas lebih kerenan dikit kenapa. Merendahkan martabat hantu saja. Juga genderuwo, wewe gombel, dan hantu modern macam suster ngesot, si manis jembatan ancol dsbgnya, dsbgnya. Banyak sekali pertanyaan kenapa yang lucu.

Kenapa nyi roro kidul menguasai laut selatan? Dia ini siapa sih? Juragan ikan? Kalau dia penguasa, kenapa harus minta2 sesajen? Bukankah penguasa lautan itu adalah: nenek moyangku orang pelaut. Kenapa orang2 sibuk harus mencuci keris pada tanggal tertentu, dikeramatkan? Kenapa gunung2 ada penunggunya? Kenapa hutan2 ada penjaganya?

Saya tidak menyangka, begitu banyaknya hal-hal seperti ini ada di sekitar kita. Sampai saya tidak tahu lagi, apakah manusia itu terlalu begitunya hingga mau begitu saja percaya, takut. Kita ini sebenarnya punya Tuhan nggak sih? Tanyakan ke orang2, apakah kalian punya Tuhan? Atau kasih saja mereka kabar tipu, eh tahu nggak agama kamu barusaja dijelek2an loh oleh orang lain, direndahkan, dihina. Serentak semua marah, disuruh perang pun mau. Tapi ampun deh, pulang ke rumah, mereka sendiri yang menghina agamanya dengan begitu banyak dusta terhadap keyakinan sendiri. Juga dalam kasus sebaliknya. Ada yang tidak mau mengakui agama, tidak percaya dengan Tuhan, atau menyepelekannya, tapi ternyata takut dengan cerita2 seperti ini. Lah? Dia tidak takut sama Tuhan, tapi takut sama hantu2an?

Saya akan membiarkan catatan ini terbuka tanpa kesimpulan berarti. Saya hanya akan menutupnya dengan: semua yang ada di dunia ini, adalah mahkluk. Maka sehebat apapun dia, tetaplah mahkluk. Hanya kepada yang menciptakannyalah semua ditambatkan. Rasa takut, rasa gentar, rasa khawatir, semua ditujukan kepada pencipta. Mari kita didik anak2 kita bersih dari hal2 ini. Hingga saat kelak mereka jadi remaja, saat teman2nya bercerita soal ini, jejeritan takut, dia hanya menatap teman2nya dengan heran sekali, "Terus gue harus bilang wow gitu?"

Jadikan pemahaman anak2 kita begitu kokoh. Tidak ada yang bisa menakutinya, kecuali takut atas murka Tuhan-nya.

Buat Apa Sekolah ?

Siapa yang pernah menonton 3 idiots? Banyak. Siapa yang suka film itu? Banyak yg suka. Tetapi siapa yg sebenarnya mengambil pelajaran paling cemerlang dari film itu? Entahlah, siapa yg mengambil manfaatnya.

Ada ibu-ibu dengan anak gadis yang siap menikah. Menonton 3 idiots, ibu-ibu ini sampai menangis. Tapi saat anaknya bilang mau menikah, dan hanya akan jadi ibu rumah tangga saja, ibu-ibu langsung bergegas bilang, "nggak boleh. enak saja sy sekolahkan tinggi2, hanya untuk jadi ibu rumah tangga!" Lihatlah, jawaban itu menunjukkan sama sekali tidak berbekas pemahaman yang datang dari film barusan ditontonnya.

Kita ini sekolah tinggi2 buat apa sih? Buat nyari pekerjaan keren? Buat jadi pegawai? PNS? Buat nyari rezeki? Keliru kalau jawabannya iya. Saya membuka kitab-kitab, membaca buku-buku tua, menelusuri kesemua hal, tidak ada satupun nasehat yang bilang: sekolahlah tinggi2, agar besok bisa jadi pejabat, kaya raya, dan berbagai ukuran duniawi lainnya, dsbgnya, dsbgnya. Apalagi kalau membuka kitab yg tidak penah keliru: Al Qur'an, juga merujuk nasehat yg tidak akan salah: riwayat Rasul, seruan untuk belajar, tidak ada rumusnya dengan ukuran duniawi.

Kita disuruh belajar, mencari ilmu (dalam dunia yg sangat modern ini ukurannya adalah SD, SMP, SMA, S1, S2, S3, S4, S5 dstnya), murni agar kita banyak tahu, asli agar kita paham banyak hal, dan ilmu itu b-e-r-m-a-n-f-a-a-t bagi kehidupan kita sehari2. Seorang istri yang S3, tidak ada masalah sama sekali tetap menjadi ibu rumah tangga, dan ilmunya bisa bermanfaat utk keluarganya. Ilmunya bisa bermanfaat buat tetangga, sekitar, aktivitas apa saja yg bisa dia lakukan, terlepas mau bekerja di perusahaan/pemerintah atau hanya bekerja di rumah.

Itu benar, saya tidak akan membantahnya, memang ada korelasi kuat antara berpendidikan dengan masa depan cerah, tapi definisi 'masa depan cerah' itu bukan s-e-m-a-t-a-2 ukuran duniawi yang membuat proses belajar selama ini jadi kosong. Bukan hanya itu.

Maka, kembali ke film 3 idiots tadi, bukankah Rancho hanya belajar dan belajar. Dia senang belajar, dia senang mencari ilmu. Titik. Sisanya, serahkan pada nasib. Dia tidak peduli gelar, dia tidak peduli mau bekerja jadi apa, dia tidak peduli. Bahkan saat dia harus menyingkir dari 'kehidupan', pergi menjauh dari gemerlap banyak hal, justeru kehidupan dan gemerlapnya dunia yang datang kepadanya. Sementara Silencer, teman kuliahnya dulu yg selalu sibuk berhitung atas duniawinya, merasa sudah memenangkan segalanya, ternyata kosong saja, dia hanyalah orang yg amat tergantung nasibnya dgn orang lain. Takut dipecat kerja, tergantung nafkahnya dari orang lain, dan diperbudak oleh materi. Sejatinya Silencer hanya orang 'suruhan', terutama suruhan ambisi dan nafsu duniawi--meskipun direktur sekalipun posisinya.

Aduh, bukankah rumus ini banyak terjadi di sekitar kita? Ada banyak teladan yg memilih sibuk belajar, belajar, bekerja, bekerja, terus menjadi yg terbaik, mau jadi apapun dia, bahkan sekadar ibu rumah tangga, hidupnya t-e-r-n-y-a-t-a tetap spesial, bermanfaat bagi banyak orang. Sebaliknya, buanyaaak sekali, yg sibuk menghitung nilai raport, menghitung sekolah sy elit, keren, saya sudah S2, S3, situ apa sih? saya sekolah di kampus ngetop, situ dimana sih? Ternyata tidak pernah lepas dari kungkungan hidupnya, meskipun boleh jadi secara kasat mata sukses menurut ukuran dunia saat ini.

Demikianlah.

Jumat, 21 Juni 2013

Ibu yang Berpendidikan ^.^

01. samar betul bagi kita masa depan yang dijelang anak-anak | apakah di masa depan ia masih taat Islam atau berontak

02. kita jalani Islam dengan penuh ketaatan | namun tiada jaminan pada keturunan

03. walau pada masa kecil anak kita dengan Islam sudah terbiasa | di masa depan akan banyak waktunya diajar teman bukan orangtua

04. mendidik anak di zaman ini benar mengkhawatirkan | disaat dosa dan maksiat menjadi bagian hidup dan kewajaran

05. maka kita takjub dengan ibu yang melalaikan saat anak bertumbuh | padahal itulah saatnya dia belajar agama pada ibunya secara penuh

06. uang takkan pernah ada cukupnya | masa perkembangan anak tiada gantinya

07. dengan beribu alasan peran ibu mulai hilang terganti | digantikan oleh pembantu yang dengan agama tidak mengerti?

08. sementara wanita berbangga dengan berapa banyak penghasilan dirinya | mencoba mencari eksistensi diri dari uang yang tidak seberapa

09. "lalu bila tidak bekerja untuk apa tinggi bersekolah?" | inilah pemahaman salah kaprah pangkal dari generasi musibah

10. justru diperlukan ibu berpendidikan tinggi | untuk mendidik anak-anak agar ranggi

11. jangan berpikir seolah sayang bila pendidikan tinggi | hanya untuk mendidik anak dan rumah tangga ia dipakai

12. seolah-olah ibu rumah tangga pekerjaan tanpa perlu pengetahuan | padahal jadi ibu adalah pekerjaan sulit penuh tantangan

13. menjadi idola bagi anak-anak itu usaha luar biasa | tak banyak wanita yang sukses melakukannya

14. jangan heran bila satu saat anak melawan ibunya | wajar saja dia lebih sering bertemu teman dibanding orangtua

15. uang tidak bisa membeli ketaatan dan kepatuhan anak | atas waktu ibunya bukan kantor yang punya namun anak lebih berhak

16. tapi terkadang hidup memang menyudutkan wanita yang terpaksa bekerja | maka kita bertanya pada suaminya yang seharusnya dia

17. atau ada wanita hidup membesarkan anak sendiri | kita hanya berdoa Allah beri kekuatan kesabaran dan solusi

18. namun nasihat ini bagi wanita-wanita yang mungkin belum sadar | bahwa ada yang jauh lebih penting dari uang dan jabatan sekedar

19. karena karir terbaik wanita adalah menjadi ibu | maka pantaskan diri dengan iman dan ilmu

20. gagal pekerjaan bisa diulang kapan saja | gagal menjadi ibu hanya penyesalan tersisa

21. atau jangan-jangan emas perak sudah lebih menarik dari surga | hingga kita membandingkan antara harta dan pahala?

22. bila tidak tahu darimana memulai jadi ibu yang baik bagi anak | maka mulailah dengan memberikan waktu baginya yang paling banyak

23. karena taat itu asalnya dari cinta | cinta tumbuh dari waktu bersama-sama

24. lebih banyak berkisah padanya lebih banyak memeluknya | mudah-mudahan lebih taat pada Allah jadinya dia karena ibunya

25. semua sulit dan susah itu akan terganti sempurna | saat mereka berucap "karena Allah aku menyayangi bunda"

-Ustadz Felix Siauw-

Keyakinan


Kita lebih dari yang kita bayangkan
Kita bisa terbang lebih jauh dari seekor burung
Kita mampu mengarungi samudera seperti seekor paus
Kita dapat menjelajah dunia seperti imigrasi gajah 

Kita lebih dari yang kita sadari
Kita bisa membuat terang dunia lebih dari listrik
Kita mampu menyuburkan bumi seperti hujan turun
Kita dapat membuat indah sejauh mata memandang seperti sunset

Kita lebih dari yang kita ketahui
Oh, berhentilah merasa terjebak di tempat yang sama
Berhentilah merasa tidak mampu melakukan apapun
Berhentilah merasa tidak keren, tidak pintar, tidak berguna

Sungguh kita bisa lebih baik dari sekarang
Lepaskan buhul ikatan yang mengikat kaki sendiri
Buka pintu minder yang mengunci hati kita
Buang jauh-jauh pikiran negatif yang selalu datang

Sungguh kita bisa lebih dari yang kita pikirkan
Kita hanya butuh keyakinan
Maka datangkanlah keyakinan terbaik
Yang dengannya kita bisa menggeram seperti guntur
Yang dengannya kita bisa hadir laksanan halilintar

Datangkanlah keyakinan paling kokoh
Kita bisa melakukan hal-hal hebat tersebut
Mulailah percaya.

~ Darwis Tere Liye ~

Minggu, 26 Mei 2013

Guruku Tersayang


Pagiku Cerahku
Matahari bersinar
kugendong tas merahku
di pundak

Selamat pagi semua
kunantikan dirimu
di depan kelasmu
menantikan kami

Reff :
Guruku Tersayang
Guru tercinta
Tanpamu apa jadinya aku
Tak bisa baca tulis
Mengerti banyak hal
Guruku terimakasihku

Nyatanya diriku
Kadang buatmu marah
Namun segala ma'af
Kau berikan

Rabu, 24 April 2013

Keutamaan Membaca Bismillah



Basmalah, merupakan bacaan (dzikir) yang kerap kali kita lantunkan. Basmalah adalah istilah dari penyebutan Bismillah, seperti hamdalah istilah dari Al Hamdulillah dan hauqalah istilah dari lahaula wala quwwata illa billah. Ia merupakan penggalan salah satu ayat dalam surat An Naml dan sebagai ayat pertama yang membuka surat Al Fatihah. Lebih dari itu, basmalah sebagai pembuka dari seluruh surat-surat Al Qur'an kecuali surat At Taubah (Al Bara'ah), namun bukan bagian dari surat-surat tersebut kecuali pada surat Al Fatihah.

Membacanya pun akan mendapat balasan (pahala) sebagaimana pahala membaca ayat-ayat yang lain dalam Al Qur'an. Setiap hurufnya Allah subhanahu wata'ala memberi pahala satu kebaikan yang dilipatgandakan menjadi sepuluh kebaikan. Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Barang siapa yang membaca satu huruf dari kitabullah (Al Qur'an) maka baginya satu kebaikan dan satu kebaikan itu dilipatgandakan menjadi sepuluh kebaikan. Aku (Nabi Muhammad) tidaklah mengatakan Alif Laam Miim adalah satu huruf, melainkan alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf." (H.R. At Tirmidzi no. 2910, dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani)

Tuntunan Memulai Amalan Dengan Basmalah

Basmalah, tersusun dari tiga kata:

بسم الله (ب -- اسم -- الله).

Yang diterjemahkan dalam bahasa kita: "Dengan menyebut nama Allah". Para ulama menerangkan bahwasanya ucapan basmalah ini sangat berguna bagi seseorang yang hendak melakukan suatu amalan yang mulia. Misalnya membaca basmalah ketika akan menulis atau membaca. Maksud dimulainya amalan tersebut dengan basmalah adalah agar tulisan atau bacaannya itu mendapat barakah dari Allah subhanahu wata'ala. Mendapat tsawab (pahala) dan bermanfaat. Jadi mengawali suatu amalan perbuatan atau perkataan itu dengan membaca basmalah tidak lain hanya dalam rangka bertabarruk (mencari barakah) kepada Allah subhanahu wata'ala dan untuk mendapatkan pahala dari-Nya. Sebuah keistemewaan yang sering dicari dan diimpikan oleh kebanyakan orang. 

Mengucapkan basamalah pada amalan-amalan yang bernilai, merupakan bimbingan Allah subhanahu wata'ala terhadap para nabi-Nya. Sebagaimana yang Allah subhanahu wata'ala kisahkan dalam Al Qur'anul Karim tentang Nabi Nuh 'alaihis salam ketika mengajarkan kepada umatnya membaca basmalah disaat berlayar atau berlabuh. Allah subhanahu wata'ala berfirman (artinya):"Dan Nuh berkata: "Naiklah kamu sekalian ke dalamnya dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya." Sesungguhnya Rabb-ku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Hud: 41)

Demikian pula Allah subhanahu wata'ala mengisahkan dalam Al Qur'anul Karim tentang Nabi Sulaiman 'alaihis salam ketika mengirim risalah dakwah kepada Ratu Saba' diawali pula dengan basmalah. Sebagaimana firman-Nya: (artinya) "Sesungguhnya surat itu dari Sulaiman, dan sesungguhnya (isi)nya: "Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (An Naml: 30)

Basmalah ini pun juga merupakan sunnah yang dibawa oleh Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam. Ketika wahyu pertama kali turun kepada beliau shalallahu 'alaihi wasallam adalah ayat: (artinya) "Bacalah dengan (menyebut) nama Rabb-mu yang Menciptakan," (Al 'alaq: 1)
Allah subhanahu wata'ala memerintahkan kepada Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam agar membaca kalamullah (Al Qur'an) dengan menyebut nama-Nya.


Saudaraku yang semoga dirahmati Allah subhanahu wata'ala, ketahuilah bahwa barakah itu berasal dari Allah subhanahu wata'ala semata. Hal ini Allah subhanahu wata'ala tegaskan dalam firman-Nya (artinya):
“Jikalau penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah kami melimpahkan barakah dari langit dan bumi.” (Al A’raf: 96)
Siapa yang kuasa melimpahkan barakah dari langit dan bumi? Tentu, adalah Penguasa Tunggal langit dan bumi yaitu Allah Rabbul 'alamin. Sehingga Nabi shalallahu 'alaihi wasallam mengajarkan pula kepada umatnya untuk mencari barakah dengan menyebut-nyebut nama Allah yang terkandung dalam bacaan basmalah.


Ketika Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam mengirim beberapa risalah dakwah ke negeri-negeri kafir seperti negeri Romawi. Beliau mengawali risalahnya dengan basmalah. Hal ini juga dipraktekkan oleh Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq. Ketika beliau radhiallahu 'anhu menulis risalah tentang zakat yang ditujukan untuk penduduk negeri Bahrain, beliau memulainya dengan basmalah (Lihat HR. Al Bukhari no. 1454). Suatu pengajaran dan pembelajaran kepada umat manusia, bahwa barakah itu hanya milik Allah subhanahu wata'ala. Sehingga permohonan barakah itu hanya ditujukan kepada Allah subhanahu wata'ala semata. Karena selain Allah subhanahu wata'ala tidak bisa memberikan barakah.

Barakah Bacaan Basmalah

Saudaraku yang semoga Allah merahmati kita semua, diantara barakah dari bacaan basmalah ini adalah dapat memperdaya setan dan bala tentaranya yang mempunyai misi untuk memperdaya umat manusia dari jalan kebaikan. Kita pun tidak boleh merasa kecil hati dan takut dari gangguan mereka, selama kita berada diatas jalan Allah subhanahu wata'ala. Allah subhanahu wata'ala telah memberikan berbagai cara dan jalan untuk membentengi diri dari gangguan setan, diantaranya dengan membaca basmalah. 

Suatu ketika Usamah bin Umair dibonceng Nabi shalallahu 'alaihi wasallam. Lalu ia mengatakan: "Celakalah setan." Maka Nabi shalallahu 'alaihi wasallam menegurnya, janganlah kamu mengatakan "celakalah setan", karena jika kamu katakan seperti itu, justru setan akan semakin membesar (dalam riwayat lain sebesar rumah). Setan akan berkata: "Dengan kekuatanku, aku akan melumpuhkannya." Namun bila kamu mengucapkan basmalah, pasti setan akan semakin kecil hingga seperti lalat. (HR. Ahmad 9/59, An Nasaa'i dalam Al Kubra 6/146, dan Abu Dawud no. 4330. Dishahihkan Asy Syaikh Al Albani)

Dari Utsman bin Affan radhiallahu 'anhu berkata: "Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barang siapa yang membaca: 

بِسْمِ اللَّهِ الَّذِي لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي الأَرْضِ وَلا فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

"Dengan menyebut nama Allah yang tidak akan bisa memudharatkan bersama nama-Nya segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui," pada setiap hari di waktu shubuh dan sore sebanyak tiga kali maka tidak akan memudharatkan baginya sesuatu apa pun." (HR. At Tirmidzi no. 3310, dan dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani)

Dari shahabat Umayyah bin Makhsyi radhiallahu 'anhu, ia menceritakan tentang seseorang yang sedang makan dan Nabi shalallahu 'alaihi wasallam sedang duduk disekitarnya. Namun orang tadi lupa belum membaca basmalah hingga tidak tersisa kecuali sesuap saja. Ketika ia hendak memasukkan makanan tersebut kedalam mulutnya ia baru membaca:

بِسْمِ اللهِ في أَوَّلِهِ وَآخِرِهِ

"Dengan menyebut nama Allah di awal dan diakhirnya."
Melihat hal itu Nabi shalallahu 'alaihi wasallam tertawa, seraya berkata: "Setan itu senantiasa ikut makan bersamanya, hingga ketika ia membaca basmalah maka dimuntahkan apa yang ada dalam perut setan tersebut." (HR. Abu Dawud no. 3276) 

Beberapa Perkara Yang Dianjurkan Untuk Dimulai Dengan Menyebut Nama Allah
Para pembaca yang mulia, berikut ini kami paparkan beberapa perkara yang dianjurkan oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam untuk mengawalinya menyebut nama Allah subhanahu wata'ala:

1. Ketika Hendak Tidur

Dari shahabat Hudzaifah radhiallahu 'anhu berkata: "Kebiasaan (sunnah) Nabi shalallahu 'alaihi wasallam ketika hendak tidur, beliau membaca:
بِاسْمِكَ اللَّهُمَّ أَمُوتُ وَأَحْيَا


"Dengan menyebut nama-Mu Ya Allah, aku mati dan aku hidup."
(HR. Al Bukhari no. 6334, dan Muslim no. 2711 dengan redaksi yang sedikit berbeda)


2. Ketika Keluar Dari Rumah

Dari Anas bin Malik radhiallahu 'anhu berkata: "Sesungguhnya Nabi shalallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Bila seseorang keluar dari rumahnya, lalu ia membaca: 
بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ


"Dengan nama Allah, aku bertawakkal hanya kepada Allah, tiada daya dan upaya kecuali dengan izin Allah."
Maka dikatakan padanya: "Engkau telah mendapat petunjuk, engkau tercukupi dan engkau telah terjaga (terbentengi)," sehingga para setan lari darinya. Setan yang lain berkata: "Bagaimana urusanmu dengan seseorang yang telah mendapat petunjuk, tercukupi, dan terbentengi?!" (HR. Abu Dawud no. 4431)
Atau dengan membaca: 
بِاسْمِكَ رَبِّي إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَزِلَّ أَوْ أَضِلَّ أَوْ أَظْلِمَ أَوْ أُظْلَمَ أَوْ أَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلَ عَلَيَّ


"Dengan nama-Mu Ya Rabb-ku, sesungguhnya aku berlindung Kepada-Mu jangan sampai aku salah atau sesat, menganiaya atau dianiaya, membodohi atau dibodohi." (HR. Ahmad no. 26164, riwayat dari Ummul Mukminin Ummu Salamah)


3. Ketika Masuk Kamar Mandi (WC)


Dari shahabat Ali bin Abi Thalib radhiallahu 'anhu berkata: "Sesungguhnya Rasulullah bersabda: 

سَتْرُ مَا بَيْنَ أَعْيُنِ الْجِنِّ وَعَوْرَاتِ بَنِي آدَمَ إِذَا دَخَلَ أَحَدُهُمْ الْخَلاَءَ أَنْ يَقُولَ بِسْمِ اللَّهِ


"Penutup antara pandangan-pandangan jin dengan aurat bani Adam ketika seseorang masuk wc adalah membaca basmalah." (At Tirmidzi no. 551, dan dishahihkan oleh As Syaikh Al Albani)


4. Ketika Hendak Makan

Dari Aisyah radhiallahu 'anha berkata: "Telah bersabda Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam: 


إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ طَعَامًا فَلْيَقُلْ بِسْمِ اللَّهِ فَإِنْ نَسِيَ فِي أَوَّلِهِ فَلْيَقُلْ بِسْمِ اللَّهِ فِي أَوَّلِهِ وَآخِرِهِ

"Bila salah seorang diantara kalian makan maka hendaknya ia mengucapkan bismillah, bila ia lupa diawalnya, maka hendaknya ia membaca bismillah fi awwalihi wa akhirihi." (HR. At Tirmidzi no. 1781, dan dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani)


5. Ketika Hendak Berhubungan Dengan Istri

Dari shahabat Abdullah bin Abbas radhiallahu 'anhuma berkata: "Berkata Nabi shalallahu 'alaihi wasallam: "Bila salah seorang diantara kalian menggauli istrinya, hendaknya ia berdo'a: 


بِسْمِ اللَّهِ اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا

"Dengan menyebut nama Allah, Ya Allah, jauhkanlah setan dari kami dan jauhkanlah setan dari apa yang engkau rizkikan kepada kami."
Bila Allah subhanahu wata'ala memberikan karunia anak kepadanya maka setan tidak akan mampu memudharatkannya." (HR. At Tirmidzi no. 1012)


6. Ketika Hendak Menyembelih

Disyari'atkan pula dalam penyembelihan hewan dengan membaca basmalah. Bahkan hukumnya bukan sekedar mustahab (anjuran) saja tetapi wajib. Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda:

فَلْيَذْبَحْ عَلَى اسْمِ اللَّهِ


"Hendaknya menyembelih dengan (menyebut) nama Allah (basmalah)." (HR. Al Bukhari no.5500)
Maka sebelum menyembelih hewan hendaknya membaca:


بِسْمِ اللَّهِ وَاللَّهُ أَكْبَرُ
(HR. Abu Dawud no. 2427)


7. Ketika Hendak Memasukkan Jenazah ke Liang Kubur

Disunnahkan (dianjurkan) membaca:


بِسْمِ اللَّهِ وَعَلَى سُنَّةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

"Dengan menyebut nama Allah dan diatas sunnah Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam." (HR. Abu Dawud no. 2798)


Demikian pula perkara-perkara yang lain, termasuk amalan jihad fi sabilillah yang merupakan puncak tertinggi dalam Islam hendaknya juga diawali dengan membaca basmalah sebagaimana yang diriwayatkan Al Imam At Tirmidzi no. 1337 dari shahabat Buraidah radhiallahu 'anhu. 
Akhir kata, semoga kajian yang ringkas ini dapat menambah iman dan ilmu kita serta lebih menguatkan keterkaitan diri kita kepada Allah subhanahu wata'ala Rabbul 'alamin. Aamiin Ya Rabbal 'alamin. 


Selasa, 23 April 2013

Mengapa Harus Kartini?



Mengapa Harus Kartini

Mengapa setiap 21 April, bangsa Indonesia memperingati Hari Kartini? Apakah tidak ada wanita Indonesia lain yang lebih layak ditokohkan dan diteladani dibandingkan Kartini?

Pada dekade 1980-an, guru besar Universitas Indonesia, Prof. Dr. Harsya W. Bachtiar pernah menggugat masalah ini. Ia mengkritik pengkultusan R.A. Kartini sebagai pahlawan nasional Indonesia. Tahun 1988, masalah ini kembali menghangat, menjelang peringatan hari Kartini 21 April 1988. Ketika itu akan diterbitkan buku Surat-Surat Kartini oleh F.G.P. Jacquet melalui penerbitan Koninklijk Institut voor Tall-Landen Volkenkunde (KITLV).

Tulisan ini bukan untuk menggugat pribadi Kartini. Banyak nilai positif yang bisa kita ambil dari kehidupan seorang Kartini. Tapi, kita bicara tentang Indonesia, sebuah negara yang majemuk. Maka, sangatlah penting untuk mengajak kita berpikir tentang sejarah Indonesia. Sejarah sangatlah penting. Jangan sekali-kali melupakan sejarah, kata Bung Karno. Al-Quran banyak mengungkapkan betapa pentingnya sejarah, demi menatap dan menata masa depan.

Banyak pertanyaan yang bisa diajukan untuk sejarah Indonesia. Mengapa harus Boedi Oetomo, Mengapa bukan Sarekat Islam? Bukankah Sarekat Islam adalah organisasi nasional pertama? Mengapa harus Ki Hajar Dewantoro, Mengapa bukan KH Ahmad Dahlan, untuk menyebut tokoh pendidikan? Mengapa harus dilestarikan ungkapan ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani sebagai jargon pendidikan nasional Indonesia? Bukankah katanya, kita berbahasa satu: Bahasa Indonesia? Tanyalah kepada semua guru dari Sabang sampai Merauke. Berapa orang yang paham makna slogan pendidikan nasional itu? Mengapa tidak diganti, misalnya, dengan ungkapan Iman, Ilmu, dan amal, sehingga semua orang Indonesia paham maknanya.

Kini, kita juga bisa bertanya, Mengapa harus Kartini? Ada baiknya, kita lihat sekilas asal-muasalnya. Kepopuleran Kartini tidak terlepas dari buku yang memuat surat-surat Kartini kepada sahabat-sahabat Eropanya, Door Duisternis tot Licht, yang oleh Armijn Pane diterjemahkan menjadi Habis Gelap Terbitlah Terang. Buku ini diterbitkan semasa era Politik Etis oleh Menteri Pengajaran, Ibadah, dan Kerajinan Hindia Belanda Mr. J.H. Abendanon tahun 1911. Buku ini dianggap sebagai grand idea yang layak menempatkan Kartini sebagai orang yang sangat berpikiran maju pada zamannya. Kata mereka, saat itu, tidak ada wanita yang berpikiran sekritis dan semaju itu.

Beberapa sejarawan sudah mengajukan bukti bahwa klaim semacam itu tidak tepat. Ada banyak wanita yang hidup sezamannya juga berpikiran sangat maju. Sebut saja Dewi Sartika di Bandung dan Rohana Kudus di Padang (terakhir pindah ke Medan). Dua wanita ini pikiran-pikirannya memang tidak sengaja dipublikasikan. Tapi yang mereka lakukan lebih dari yang dilakukan Kartini. Dewi Sartika (1884-1947) bukan hanya berwacana tentang pendidikan kaum wanita.

Ia bahkan berhasil mendirikan sekolah yang belakangan dinamakan Sakola Kautamaan Istri (1910) yang berdiri di berbagai tempat di Bandung dan luar Bandung. Rohana Kudus (1884-1972) melakukan hal yang sama di kampung halamannya. Selain mendirikan Sekolah Kerajinan Amai Setia (1911) dan Rohana School (1916), Rohana Kudus bahkan menjadi jurnalis sejak di Koto Gadang sampai saat ia mengungsi ke Medan. Ia tercatat sebagai jurnalis wanita pertama di negeri ini.

Kalau Kartini hanya menyampaikan Sartika dan Rohana dalam surat, mereka sudah lebih jauh melangkah: mewujudkan ide-ide dalam tindakan nyata. Jika Kartini dikenalkan oleh Abendanon yang ber inisiatif menerbitkan surat-suratnya, Rohana menyebarkan idenya secara langsung melalui koran-koran yang ia terbitkan sendiri sejak dari Sunting Melayu (Koto Gadang, 1912), Wanita Bergerak (Padang), Radio (padang), hingga Cahaya Sumatera (Medan).

Kalau saja ada yang sempat menerbitkan pikiranpikiran Rohana dalam berbagai surat kabar itu, apa yang dipikirkan Rohana jauh lebih hebat dari yang dipikirkan Kartini. Bahkan kalau melirik kisah-kisah Cut Nyak Dien, Tengku Fakinah, Cut Mutia, Pecut Baren, Pocut Meurah Intan, dan Cutpo Fa -timah dari Aceh, klaim-klaim ke terbe lakang an kaum wanita di negeri pada masa Kartini hidup ini harus segera digugurkan. Mereka adalah wanita-wanita hebat yang turut berjuang mempertahankan kemerdekaan Aceh dari serangan Belanda. Tengku Fakinah, selain ikut berperang juga adalah seorang ulama-wanita.

Di Aceh kisah wanita ikut berperang atau menjadi pemimpin pasukan perang bukan sesuatu yang aneh. Bahkan jauh-jauh hari sebelum era Cut Nyak Dien dan sebelum Belanda datang ke Indonesia, Kerajaan Aceh sudah memiliki Panglima Angkatan Laut wanita pertama, yakni Malahayati. Aceh juga pernah dipimpin oleh Sultanah (sultan wanita) selama empat periode (1641-1699). Posisi sulthanah dan panglima jelas bukan posisi rendahan.

Jadi, ada baiknya bangsa Indonesia bisa berpikir lebih jernih: Mengapa Kartini? Mengapa bukan Rohana Kudus? Mengapa bukan Cut Nyak Dien? Mengapa Abendanon memilih Kartini? Dan mengapa kemudian bangsa Indonesia juga mengikuti kebijakan itu? Cut Nyak Dien tidak pernah mau tunduk kepada Belanda. Ia tidak pernah menyerah dan berhenti menentang penjajahan Belanda atas negeri ini.

Meskipun aktif berkiprah di tengah masyarakat, Rohana Kudus juga memiliki visi keislaman yang tegas. Perputaran zaman tidak akan pernah membuat wanita menyamai laki-laki. Wanita tetaplah wanita dengan segala kemampuan dan kewajibannya. Yang harus berubah adalah wanita harus menda -pat pendidikan dan perlakukan yang lebih baik. Wanita harus sehat jasmani dan rohani, berakhlak dan berbudi pekerti luhur, taat beribadah yang kesemuanya hanya akan terpenuhi dengan mempunyai ilmu pengetahuan, begitu kata Rohana Kudus.

Bayangkan, jika sejak dulu anak-anak kita bernyanyi: Ibu kita Cut Nyak Dien. Putri sejati. Putri Indonesia..., mungkin tidak pernah muncul masalah Gerakan Aceh Merdeka. Tapi, kita bukan meratapi sejarah, Ini takdir. Hanya, kita diwajibkan berjuang untuk menyongsong tak dir yang lebih baik di masa depan. Dan itu bisa dimulai dengan bertanya, secara serius: Mengapa Harus Kartini? 

Ditulis oleh Tiar Anwar Bachtiar (INSISTS)

Penipuan Sejarah Ala Kartisme



21 April bagi kaum hawa di negeri ini tentu saja merupakan hari yang istimewa. Karena pada tanggal tersebutlah salah seorang putri “kebanggan” Indonesia dilahirkan di bumi Jepara, Jawa Tengah. Raden Ajeng Kartini (1879-1904) namanya. Sebagai salah satu anak manusia yang pernah mengenyam bangku sekolah di negeri ini tentunya saya juga menaruh rasa hormat yang dalam kepada sosok wanita yang oleh masyarakat kadung dianggap sebagai figure teladan perempuan pejuang dan tokoh emansipasi wanita ini. Hal itu memang sudah terdoktrinkan secara sistematis ke dalam otak saya dan juga kepada jutaan alumni sekolah di republik tercinta ini bahwa memang demikianlah sosok harum Kartini. Namun setelah Liang Pikir saya (baca: Otak) perlahan beranjak dewasa, kini saya mulai sadar bahwa Kartini ternyata tak se-sakral itu. Dan kini saya juga tertarik tuk meng-kritisi sosok Putri Kebanggan Indonesia ini, secara Objektif tentunya.

Tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada sang “Putri Yang Mulia” (Sebutan beliau dalam salah satu lirik lagu nasional Ibu Kita Kartini), izinkanlah saya mengungkapkan beberapa kegundahan yang mengganjal di benak saya tentang Raden Ajeng Kartini ini.

Pertama-tama bolehlah saya cuplikkan beberapa lirik dalam Lagu Ibu Kita Kartini yang juga bisa menjadi renungan kita bersama. Berikut beberapa petikan lirik lagu “Sakral” tersebut yang masih saya ingat :

Ibu Kita Kartini//

Putri sejati//

Putri Indonesia//

Harum namanya//

Wahai ibu kita Kartini//

Putri yang mulia//

Sungguh besar cita-citanya//

Bagi Indonesia//

Dalam lirik lagu tersebut nampak jelas begitu terpujinya Kartini ini. Terbukti dengan diproklamirkannya penyebutan putri yang mulia pada beliau. Dan ada lagi satu bait dalam lirik lagu tersbut yang juga dapat kita kritisi bersama, yaitu pada kata”Sungguh besar cita-citanya bagi Indonesia.”

Sebenarnya apakah gerangan cita-cita besar Kartini yang oleh banyak orang disebut sebagai cita-cita yang mulia itu. Jawabannya konon adalah perjuangan mengenai emansipasi dan kesetaraan Gender. Untuk membahas masalah ini (Emansipasi dan Kesetaraan Gender) sungguh membutuhkan waktu yang tidak sedikit dan tentunya akan selalu menimbulkan Pro dan Kontra setelahnya. Maka dalam seduhan (tulisan) ini saya mencoba mengambil sisi lain yang juga layak tuk dicermati. Yaitu mengenai kelayakan Kartini menyandang gelar Tokoh Emansipasi sehingga dijadikan Inspirator dan simbol sakral para wanita di negeri ini hingga hari ini.

Kisah “Mini” Kartini

Nama Kartini sebenarnya baru meledak sedemikian tenar pasca diterbitkannya kumpulan surat-menyuratnya (Korespondensi) dengan para Nonik Belanda. Kumpulan surat yang diberi judul ”Door Duisternis tot Licht” (Habis Gelap Terbitlah Terang) itu sendiri diterbitkan 14 tahun setelah kematiannya. Dan inilah yang patut digaris bawahi, penerbitnya adalah Belanda sang penjajah negeri ini. Menjadi menarik jika kita cermati apakah gerangan maksud Belanda di balik semua itu. Mengapa kita patut curiga dengan maksud negeri yang tlah mengeruk kekayaan perut Indonesia selama 3,5 Abad ini.

Karena tidak mungkin negara yang tabiatnya adalah penjajah melakukannya dengan tanpa tujuan yang besar di baliknya. Belanda boleh saja tak menjajah Indonesia lagi secara fisik namun haram bagi mereka jika melepaskan Indonesia secara cuma-cuma karena negara inilah (baca: Indonesia) yang telah menghidupi negeri Kincir Angin tersebut selama 350 Tahun. Pengkultusan Kartini adalah salah satu buah manis yang dihasilkan dari penanaman benih sejarah oleh Belanda melalui diterbitkannya buku Habis Gelap Terbitlah Terang. Melalui buku itu Belanda ingin mendoktrin otak-otak generasi Indonesia selanjutnya (utamanya wanitanya) agar mempelajari sosok Kartini dan meniru serta melanjutkan ide-ide Kartini yang tentunya telah dipoles sedemikian rupa oleh Belanda.

Jika kita berfikir lebih jernih, mengapa hanya Kartini saja tokoh wanita yang di Blow-Up sebegitu besarnya dalam sejarah yang dikonstruksi oleh Belanda? Bukankah di negeri ini dahulu juga banyak tokoh wanita yang juga tak kalah dengan Kartini dan bahkan lebih hebat dan besar jasanya bagi bangsa ini daripada Kartini. Jika Kartini hanya berkutat pada ide-ide dan diskusi dengan para Tokoh Belanda melalui surat-menyurat, maka masih lebih hebat Dewi Sartika (1884-1947) yang tidak hanya sekedar berwacana tentang pendidikan kaum wanita, namun juga mendirikan Sakola Kautamaan Istri (1910) yang berdiri di berbagai tempat di Bandung dan luar Bandung.

Kemudian ada lagi Rohana Kudus yang menyebarkan ide-idenya secara langsung melalui koran-koran yang ia terbitkan sendiri sejak dari Sunting Melayu (Koto Gadang, 1912), Wanita Bergerak (Padang), Radio (padang), hingga Cahaya Sumatera (Medan). Apalagi dengan Cut Nyak Dhien yang merupakan sosok wanita pejuang yang sangat tangguh hingga membuat Belanda sangat merasa terancam dengan pengaruh wanita yang satu ini di tengah-tengah masyarakat Aceh kala itu. Beliau berjuang bahkan dengan mengangkat senjata bahu-membahu hingga akhir nafasnya bersama sang suami, Teuku Umar. Nah, bandingkan dengan Kartini. Sungguh mereka lebih hebat daripada Kartini yang masih berkutat pada wilayah ide-ide dan cita-cita saja.

Contohnya adalah Rohana Kudus yang sangat kenyang dalam merasakan tekanan pihak penjajah Belanda. Terbukti dengan sering dibredelnya media massa yang dipimpinnya oleh Belanda kala itu. Cut Nyak Dhien, jangan tanya lagi, meski seorang perempuan namun Belanda menganggapnya sama berbahayanya dengan para pejuang laki-laki. Jiwa, harta dan segala miliknya adalah sesuatu yang sungguh sangat ingin dimatikan oleh Belanda. Lantas mengapa hanya Kartini yang dielu-elukan hari ini.

Awas Proyek Kartini-sasi


Di balik Kartini
Mengapa hanya Kartini sosok wanita yang hingga kini dikultuskan sebagai Tokoh Inspirator bagi para kaum hawa di negeri ini. Hal ini nampaknya tak lain adalah merupakan sisa-sisa proyek Belanda yang ingin meracuni otak anak-anak Indonesia melalui pembelokkan sejarah yang dibentuknya. Ingat, Kartini mulai melejit namanya pasca diterbitkannya kumpulan surat-menyuratnya oleh Belanda. Kartini lebih disukai Belanda karena tidak membahayakan kepentingan Belanda. Karena tidak ada gerakan nyata darinya yang memberi pengaruh luas pada masyarakatnya kala itu.

Kartini adalah anak priyayi alias dari kalangan ningrat yang pergaulannya sangat terbatas, hingga tak mungkin baginya bergaul dengan rakyat jelata, karena kala itu masih berlaku sistem Kasta Sosial. Maka wajar saja jika Harsja W. Bahtiar dalam artikel berjudul “Kartini dan Peranan Wanita dalam Masyarakat Kita” yang terangkum dalam buku Satu Abad Kartini (1879-1979), (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1990, cetakan ke-4) melakukan gugatan terhadap penokohan Kartini. Harsja W. Bahtiar menilai bahwa selama ini kita mengambil alih Kartini sebagai lambang emansipasi wanita di Indonesia sebenarnya lebih kepada konstruk (bentukan) orang-orang Belanda.

Jika tokoh-tokoh Muslimah seperti Dewi Sartika, Rohana Kudus, Cut Nyak Dhien dan masih banyak tokoh wanita hebat lain tidak diangkat sejarahnya seperti yang dilakukan Belanda kepada Kartini maka itu sangat beralasan. Karena Belanda memiliki beberapa alasan penting, diantaranya adalah :

Cut Nyak Dhien, Rohana Kudus, dan Dewi Sartika selain merupakan para sosok wanita yang sumbangsih nyata-nya sangat besar bagi masyarakat dan bangsa, mereka juga adalah figur Muslimah yang taat dan Belanda sangat takut akan hal itu. Karena menurut pendapat Snouck Hurgonje (Orientalis kesohor) yang merupakan tokoh yang pendapatnya sangat mempengaruhi Belanda dalam mengambil tiap kebijakan bagi daerah jajahannya pernah mengatakan bahwa golongan yang paling keras terhadap Belanda adalah Islam.

Nah jika para wanita Islam dan generasi penerusnya mewarisi semangat dan karya para tokoh muslimah seperti Cut Nyak Dhien, Dewi Sartika dan Rohana Kudus maka dapat dipastikan Belanda tidak akan bisa bertahan lama tuk terus mencengkram Indonesia. Apalagi jika wanita Muslimah itu berpendidikan dan memiliki semangat belajar dan mengamalkan ilmunya seperti Dewi Sartika dan Rohana Kudus yang berjuang melalui jalur pendidikan bagi masyarakat, tentunya akan membuat Belanda semakin sulit menggenggam Indonesia lebih lama lagi.

Hal ini berbeda dengan Kartini yang paham ke-Islamannya kala itu masih rendah dan cenderung berpaham Pluralisme alias menyamaratakan semua agama yang tentunya daya militansi “Pemberontakannya” tidak keras dan cenderung jinak. Ingat, Kartini baru tertarik mendalami Islam lebih dalam hanya sebentar saja di saat akhir hidupnya dimana kala itu beliau banyak mengaji kepada Kyai Sholeh Darat dari Semarang. Berikut salah satu isi suratnya yang nampak jelas menggambarkan bahwa agama dalam benaknya tak lain hanya sekedar hal sepele belaka,”Kami bernama orang Islam karena kami keturunan orang-orang Islam, dan kami adalah orang-orang Islam hanya pada sebutan belaka, tidak lebih.

Tuhan, Allah, bagi kami adalah seruan, adalah seruan,adalah bunyi tanpa makna.” (Surat Kartini Kepada E.C Abendanon, 15 Agustus 1902) Cut Nyak Dhien, Dewi Sartika dan Rohana Kudus sangat anti penjajah Belanda dan sangat gigih melawan mereka dalam bidang masing-masing. Berbeda dengan Kartini yang pergaulannya agak eksklusive yaitu dengan para tokoh Belanda meski lewat korespondensi (surat-menyurat). Selain itu Kartini juga nampaknya amat kagum dengan negeri Belanda sang penjajah negaranya. Terbukti dengan cita-citanya yang sangat ingin belajar ke Belanda. Seperti yang tertuang dalam suratnya yang berbunyi,“Aku mau meneruskan pendidikan ke Holland (Belanda), karena Holland akan menyiapkan aku lebih baik untuk tugas besar yang telah aku pilih” (kepada Ny. Ovinksoer, 1900).

Bandingkan dengan Cut Nyak Dhien yang tak mau berkompromi dan sangat membenci Belanda. Sungguh inilah nampaknya juga yang menjadi salah satu alasan mengapa Kartini sangat di-anak emas-kan oleh Belanda sehingga sejarah mengenai dirinya begitu agung, meski sesungguhnya dia tak layak untuk itu. Maka dari sini kita dapat menarik sebuah benang merah mengapa kini hanya Kartini yang sejarahnya begitu gencar dipublikasikan dan bahkan hari kelahiranya sering diperingati secara meriah mulai dari pemakaian Kebaya oleh para wanita negeri ini di hari tersebut hingga kegiatan-kegiatan seremonial lainnya. Padahal jika boleh dikata tokoh ini masih dalam tahap bercita-cita serta bermimpi dan belum bergerak secara nyata dan sumbangsihnya bagi masyarakatnya kala itu juga tidak terlalu mencolok.

Lantas mengapa justru Kartini yang diagung-agungkan sebagai Putri Indonesia yang mulia dan membanggakan? Ah nampaknya kita memang lebih senang kepada tokoh yang koar-koarnya dan ucapannya indah meski tindakannya belum nyata ada (No Action Talk Only). Sama seperti kasus penganugerahan Nobel Perdamaian bagi Obama yang banyak dikritik oleh banyak masyarakat dunia karena sebenarnya dia tidak layak untuk itu sebab Obama –menurut mereka- hanya pandai berpidato namun Actionnya jauh dari apa yang diharapkan.

So, jika hingga hari ini Kartini masih dikultuskan sedemikian rupa, itu adalah hasil rekayasa manis pihak-pihak tertentu yang ingin terus membelokkan sejarah bangsa ini yang Shahih dan asli. Belanda dan pihak-pihak yang berkepentingan mencengkeram Indonesia ingin agar generasi baru Indonesia, terutama wanitanya,supaya menjadi seperti Kartini yang jinak pada Barat, dan paham keagamaannya Pluralis alias tidak fanatik dan taat pada agamanya. Mengapa demikian? Karena Islam adalah musuh yang sangat ditakuti Barat/penjajah (seperti kata Snouck Hurgonje). Dan jika semua itu berjalan sesuai Proyek mereka, maka bangsa Indonesia ini akan tetap mudah mereka kontrol.

Jadi kesimpulan yang dapat kita tarik dari pembahasan ini adalah, ternyata jikalau kita dapat berpikir secara akal sehat maka kita akan dengan sangat yakin tuk mengatakan bahwa masih lebih layak Cut Nyak Dhien, Dewi Sartika, Rohana Kudus dan tokoh-tokoh wanita pejuang lainnya yang Actionnya bagi bangsa ini telah terbukti nyata ada dan bukan hanya sekedar cita-cita/mimpi/dan Talk Only belaka yang dapat dianggap sebagai wanita pejuang dan Inspirator sejati bagi wanita. Karena kita sebenarnya lebih butuh action nyata dari seorang manusia yang ditokohkan dan bukan hanya sekedar omongan belaka.

Jika hanya karena memiliki cita-cita yang besar bagi Indonesia Kartini tlah dicap sebagai Putri Indonesia yang sejati nan mulia (seperti dalam lirik lagu di atas), lantas apa gelar yang layak disematkan kepada tokoh-tokoh wanita pejuang yang tidak hanya bercita-cita namun telah berkarya dan bergerak nyata bagi bangsa ini??? toh kalau hanya bercita-cita saja seperti Kartini, maka saya, anda dan semua rakyat negeri ini juga bisa, kan?

Sekarang terserah anda bagaimana menilai Kartini. Apakah memang masih sebegitu agungkah Kartini?

Kamis, 07 Maret 2013

W A N I T A


Jika ada 1000 wanita "berjihad di rumahnya", maka salah satunya adalah saya !

Jika ada 100 wanita "berjihad di rumahnya", maka salah satunya adalah saya !

Jika ada 10 wanita "berjihad di rumahnya", maka salah satunya adalah saya !

Jika tinggal 1 wanita saja yg mau "berjihad di rumahnya", maka wanita itu adalah saya !

Kenapa saya sengotot itu ?

Wanita oh wanita..
Madrasah pertama..
Pendidik utama..

Apa kalian melihat kondisi anak bangsa hari ini ?

Anak yang berasal dari negeri dengan penduduk Muslim terbesar, banyak yang tidak bisa baca Al-Qur'an..

Anak yang berasal dari negeri dengan penduduk Muslim terbesar, tidak mengidolakan Rasulullah, malah jadi k-pop mania. Juga aktris dan aktor barat sana.

Anak yang berasal dari negeri dengan penduduk Muslim terbesar, ternyata 65% 'gadis'nya tidak lagi perawan..

Anak yang berasal dari negeri dengan penduduk Muslim terbesar, banyak yang terlibat tawuran.

Anak yang berasal dari negeri dengan penduduk Muslim terbesar, banyak yang mengonsumsi narkotika dan minuman keras..

Dimana para ibu ?
Mereka lari dari medan perjuangan..

Dimana para ibu ?
Mereka sibuk mengejar "kesetaraan gender"..

Dimana para ibu ?
Mereka menyulam sesuatu yang mereka sebut dengan KARIER.

Dimana para ibu ?
Yang bahkan memberikan ASI eksklusif 6 bulan saja tidak mau.

Dimana para ibu ?
Yang anaknya biar di serahkan pada PAUD saja, tidak ada waktu mengajarinya.

Dimana para ibu ?

Dimana ?

Apakah status "ibu rumah tangga" itu begitu hina ? Rendah ? Memalukan ?

Ah!

Banyak yang lari dari medan juang, padahal 'perang' ini bukan pakai pedang. bukan pakai kekerasan. tapi justru cinta dan kasih sayang..
Juga perhatian..
Uang bukan sumber kebahagiaan, anak baik bukan disebabkan orangtuanya punya banyak uang. Anak baik karena orangtuanya KONSISTEN menanamkan kebaikan dalam diri anaknya.

Wanita..
Amanah berat itu ada di pundakmu ! Anak-anak itu kelak akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Rabb-Mu..

Jika semua wanita di negeri ini sungguh-sungguh menjalankan tugasnya yang sebenarnya, jika semua wanita di negeri ini 'back to home' utk mengurus anak-anaknya, niscaya, kondisi negeri ini akan membaik..

Insya Allah..

Apakah "berjihad di rumah" itu berarti terbelakang ? Bukankah segala sesuatu itu bermula dari rumah ? Orang besar 'tercipta' dari ibu yang luar biasa..
Orang hebat terlahir dari ibu yang pandai motivasi anaknya..
Bukankah 'mencetak' generasi yg berakhlak mulia, yang berguna bagi bangsa dan agama, adalah juga KARIER yang begitu gemilang ?

Dan apakah rumah adalah penjara ? Yang merenggut segala kebebasan seorang wanita ? Saya rasa Tidak ! Banyak hal yang bisa kita lakukan di dalamnya. Meng-eksplor diri, mengembang minat jadi bakat, bakat jadi profesi, profesi jadi uang. Banyak kok profesi yang bisa menghasilkan uang tanpa harus kerja kantoran, wirausaha gitu. Hmm, atau paling tidak -menurut hemat saya- profesi gurulah yang cukup pas untuk seorang ibu. Di saat anak sekolah libur, guru juga libur. 'Jam terbang' guru itu tidak banyak.

Dan pikiran saya melambung jauh..
Berpikir jika semua ibu rumah tangga itu tertarbiyah dengan baik, niscaya akan dapat mentarbiyah anak dengan baik pula.

Ya! Tarbiyah memang bukan segalanya, tapi segalanya bermula dari tarbiyah.

Ayo ubah negeri ini dengan menciptakan kader akhwat yang cinta tarbiyah, agar ia pandai mentarbiyah.

Karna hancurnya suatu bangsa juga disebabkan oleh hancurnya wanita bangsa tersebut.

Sabtu, 02 Februari 2013

Istiqomah Dalam Dakwah


Jum’at, 25 Januari 2013
Hari ini jadwal aku, salmi, wafa’, reny, winda, dan damay liqo dengan Ummi Azzam ya tepatnya setelah Pendalaman Materi (PM). Melelahkan, bukan? Tidak, karena ini saatnya untuk mencharge Iman. Hati, iman itu sama halnya dengan handphone yang butuh tambahan energi, butuh dicharge supaya bisa lebih maksimal lagi.
Ada yang beda dengan liqo kali ini, ada yang beda dari raut wajah Ummi Azzam yang dari awal aku datang ke masjid, wajah penuh keseriusan menatap kami, seperti ada hal yang penting bahkan sangat penting untuk sisampakan kepada kami. “ada apa? Akankah Ummi memahami keadaan ini, keadaan kami? Apa yang akan disampaikannya untuk kami?” benakku mendesah. Ya, hanya mendesah tanpa berani untuk bicara langsung.
  “mau liqo dimana kita? Di dalam masjid terlalu rame, ada yang syuro dan ada yang lagi tahsin (belajar membaca Al-Qur’an). Di luar masjid ada yang latihan silat.” Ummi membuka pembicaraan setelah kami berkumpul. “di lobi aja mi, disitu sepi” sahutku. “jangan, nanti diusir mang ujang lagi, gimana kalo di kantin aja?” cerocos wafa’. “yaudah disitu aja” setuju Ummi Azzam yang diikuti oleh aku dan salmi.
Di kantin ternyata rame juga, karna ada pekerja bangunan yang masih menyelesaikan tugasnya. Yaudah mau gimana lagi, gak ada tempat lagi yang pas.
Liqo dimulai, langsung dibuka oleh Ummi Azzam. Dilanjutkan membaca Q.S ‘Abasa, diteruskan dengan materi dari Ummi. Tentang Istiqomah.
“Istiqomah dalam Dakwah.”
“Apa itu Istiqomah? Sudah sering mendengar kata tersebut kan? Bahkan ada orang yang namanya Istiqomah. Tapi apa kalian tahu Makna Istiqomah?” Ummi membuka pembahasan materi.
“Istiqomah itu berkaitan dengan hati. Istiqomah adalah teguh pendirian atau teguh berpegang kepada sesuatu yang diyakini kebenarannya dan tidak mengubah keyakinannya dalam keadaan apapun, baik susah maupun senang. Ia juga dapat diartikan berjalan diatas kebenaran yang lurus tanpa menyimpang sedikitpun, dalam menjalankan syariat Islam sesuai perintah Allah dan menjauhi laranganNya. Sikap ini membentuk seseorang menjadi penyabar, ulet, dan tidak mengeluh.”
“Coba perhatikan hadits berikut ini
Artinya : Dari Abi Amrah Sufyan dari Abdullah r.a berkata: “Ya Rasulullah, ajarkan kepadaku tentang Islam, sesuatu perkara yang aku tidak menanyakan lagi kepada seseorang selain engkau.” Nabi bersabda: “katakanlah, ‘Aku beriman kepada Allah’ lalu berlakulah lurus (beristiqomahlah).” (H.R Muslim)
“Hadis diatas menjelaskan bahwa salah satu sahabat pernah datang ke hapadan Rasulullah saw, dan bertanya tentang hakikat Islam. Rasulullah menjawab bahwa, Islam itu beriman kepada Allah dan berpendirian teguh (istiqomah). Istiqomah adalah menjalankan sesuatu yang baik secara terus-menerus atau berkesinambungan. Istiqomah itu Konsisten, Teguh Pendirian.
Ciri-ciri Muslim/Muslimah yang Istiqomah:
1.      Punya Keberanian
Yakin sebagai hamba Allah bahwa akan selalu sibela, didukung, dilindungi oleh Allah. Tidak takut pada tantangan seseorang, tahan Uji, berjuang demi tegaknya Islam.
2.      Punya Ketenangan
Tenang dalam keadaan apapun. Yakin bahwa Allah selalu melindunginya lahir dan batin. Selalu mengingat Allah, berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Hadits.
3.      Optimis
Yakin bahwa masa depan milik orang-orang beriman. Yakin bahwa masa depan akan digapai dengan gemilang jika masih Istiqomah dengan Allah.

“Ukhti, kita gak boleh takut karna LPJ ditolak bersyarat. Gak boleh takut dengan syarat yang diberikan Alumni terhadap angkatan kalian. GAK BOLEH TAKUT. YAKIN ADA ALLAH. HARUS BERANI menghadapi tantangan ini. Buktikan keIstiqomahan kalian.  Jangan hanya karena hal tersebut kalian mundur, kalian berhenti dari Rohis. Jangan seperti itu ukhti. Ana yakin kalian akhwat yang Berani. Kuatkan diri kalian untuk menghadapi dakwah ini. Jalan Dakwah ini tidak mu’dah ukhti, berliku dan panjang. Mohonlah terus pada Allah supaya dikuatkan hatinya.” Ummi membuka perkara ini dalam liqo, dalam pembahasan materi.
Kami berenam hanya diam. Terus menulis. Sebenarnya hati kami sedang menangis memohon petunjukNya supaya hati kami kuat.
“Ana tau, anti semua sudah kelas 3, sebentar lagi Ujian Praktik, Ujian Kompetensi, UAS, UN, mau masuk Perguruan Tinggi Negeri, mau kerja, ana tau itu. Anti semua ingin memperjuangkan cita-cita kalian, membahagiakan orangtua kalian, tapi tidak dengan mundur dari dakwah. Coba jalani dengan beriringan. Adik-adik kalian butuh bantuan kalian, butuh bimbingan kalian. Jangan sampe adik-adik kalian mengalami pahit yang kalian alami. Bantu kepengurusan adik-adiknya supaya berkembang pesat jauh lebih baik dari sebelumnya.”
Airmata. Airmata itu muncul dan mengalir diwajah Ummi. Aku makin tak kuat hati melihanya, ingin kuusap airmatanya tapi.........aku tak kuat. Air mataku pun mengalir dibalik kacamataku. “ya Allah ampuni kami, ampuni kami yang khilaf, yang hanya memikirkan cita-cita duniawi ini, betapa dakwah ini tak mudah. Tansurullaha yansurkum. ‘jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu’. Engkau telah menjelaskannya dalam Al-Qur’an. Ya Rabb ampuni kami” aku hanya dapat bicara dalam hati, dengan hati untuk raga ini, untuk jiwa ini.
Ummi melanjutkan nasehatnya untuk kami, “kalian harus tenang, Optimis bahwa masa depan akan dapat diraih dengan gemilang jika masih Istiqomah dengan Allah. Istiqomah di jalanNya. Istiqomah dalam dakwah ini. Ingat, ‘Tansurullaha yansurkum. jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu’. Allah tidak akan menyia-nyiakan hambaNya yang Istiqomah.
“Ana pernah seperti kalian, pernah sekolah, pernah kuliah dan dihadapkan hal seperti ini. Ini ujian Iman. Ujian hati. Allah ingin melihat seberapa Istiqomah kalian dalam jalanNya. Dulu, ana saat kuliah, ana bagian dari LDK (Lembaga Dakwah Kampus. Kalo gak salah ya). Ada teman ana yang keluar karna untuk mengerjakan Skripsi. Saat itu ana iri, tapi ana berusaha Istiqomah. Ana juga pengen ngerjain skripsi seperti mereka, survei ke berbagai tempat, dan lulus lebih dulu. Dan Allah menjawab keIstiqomahan ana. Ana lulus lebih dulu dari mereka dan mendapat pekerjaan. Sedangkan mereka lulus setelah ana, dan setelahnya menjadi IRT (Ibu Rumah Tangga). Tuh ukhti, ana ngerasain sendiri Istiqomah dalam dakwah itu gak rugi. Allah gak menyia-nyiakan hambaNya yang Istiqomah padaNya.”
“ketika keIstiqomahan berada dalam diri, tidak hanya dukungan dari Allah yang didapatkannya, Malaikat juga mendukungnya. Seperti dalam Q.S Fussilat : 30-32 yang artinya “Sesungguhnya orang-orang yang berkata, ‘Tuhan kami adalah Allah’ kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turunkepada mereka (dengan berkata), ‘janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu. Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat, di dalamnya (surga) kamu memperoleh apa yang kamu minta. Sebagai penghormatan (bagimu) dari (Allah) Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
“sekarang ana mau dengar perkara ini dari kalian. Ana mau tau pendapat kalian tentang LPJ ditolak bersyarat itu dan pendapt kalian tentang persyaratan itu, dimulai dari salmi” Ummi memberi kami kesempatan kepada kami masing-masing untuk menceritakan ‘unek-unek’ kami.
Salmi mulai bicara, “setelah ana dengar hasil raker dan sidang LPJ, ana kaget, ana agak gak setuju dan menentang. Karena aku udah kelas 3, aku juga harus bantu mama yang jualan, gak selamanya mama jualan makanya aku agak gak setuju kalo setiap sabtu kita harus dateng terus. Sebenarnya tanpa persyaratan seperti ini kami bersepuluh udah berjanji akan membantu kepengurusan adik-adik kami karena kami gak mau mereka ngerasain apa yang kami rasain. Yang ditinggalin begitu aja, bahkan aku sendiri gak tau kapan aku mulai menjabat menjadi Kaput (Ketua Kepurian) ya tau-tau udah mlai berjalan aja kepengurusan. Aku gak mau. Gak mau seperti itu. Dan InsyaAllah aku akan menjalankan persyaratan ini. Ya semampuku.”
Giliran damay yang berbicara, tapi karena dia bukan bagian dari perkara ini akhirnya berlanjut ke aku.
“ufi sendiri awalnya ragu dengan persyaratan ini, tapi setelah mendapat saran dari mama dan ayah, ufi yakin bahwa persyaratan itu gak seseram yang didengar. Alumni akan memberikan Ta’limat yang masih dalam kemampuan kami.” Aku menangis, semkin deras air mataku mengalir, aku lanjutkan “ufi mau Rohis Grafika ini berkembang pesat bukan lambat, maka dari itu ufi tekadkan bahwa ufi akan jadi kakak yang bertanggung jawab, jadi kakak yang terus berjuang dalam jalan dakwah bersama adik-adiknya, bisa membimbing adik-adiknya everytime, everywhere. Ufi akan menjalankan tugas ini bersama teman-teman, saling mengingatkan, saling menguatkan. Tak boleh kendur, apalagi lepas ukhuwah ini. HARUS KUAT!”
Sekarang giliran Reny, “aku insyaAllah bisa menjalankan persyaratan itu, karena ufi terus ngingetin aku, nguatin aku, dan aku gak ngerasa sendiri, tinggal manage waktu aja supaya orangtua juga gak marah.” Mendengar pernyataan Reny, hatiku tersentuh, hatiku bergumam “masyaAllah, apa yang telah aku perbuat sehingga sahabatku bicara seperti itu. Semoga Allah mengutkan ukhuwah kita. Aamiin” J
Winda, tak banyak penjelasan darinya “aku sebenarnya dari orang tua udah gak boleh, tapi insyaAllah bisa dengan memanage waktu”
Wafa’, pernyataan yang hampir sam denganku “alhamdullah dari orang tua setuju karena orang tua juga udah tau. Dan insyaAllah bisa menjalanjan Amanah ini”

Subhanallah, pernyataan teman-temanku ini membuatku yakin untuk Istiqomah dalam Dakwah ini.
Kembali Ummi yang berbicara, memotivasi kami. “Ukhti, hanya orang-orang tertentu yang dapat menjaga dan menjalankan Amanah Allah. Dan jadilah dari bagian ‘orang tertentu’ itu. Menuju ke SyurgaNya itu tidak mudah, ukhti!!! Butuh perjuangan. Butuh pengorbanan. Harus lepas dari Nafsu Dunia!!!  Di dunia itu kita selalu diuji, maka tahanbantinglah untuk lulus dari ujian Allah.”
“jagalah ukhuwah antara kalian. Teteplah berjama’ah, berjama’ah itu jaaaaaauuuuh lebih baik. Karena orang-orang yang sendirian itu jauh dari Rahmat Allah. Tidak akan peka dengan lingkungan.”
Ummi menutup liqo ini dengan membaca do’a Robhithah. Semoga ikatan kami semakin kuat. Semoga Allah terus menunjukkan jalanNya yang lurus. Semoga kami bisa menjaga adik-adikkami, akhwat Rohis Grafika kelas X dan XI :*
“ya Allah sesungguhnya Engkau mengetahui hati ini berhimpun dalam cinta padaMu, telah berjumpa dalam taatMu, telah bersatu dalm dakwah padaMu, telah berpadu dalam membela syariatMu. Teguhkanlah ya Allah, ikatannya. Kekalkanlah cinta kasihnya. Tunjukilah jalan-jalannya. Penuhilah hati-hati tersebut dengan cahayaMu yang tidak pernah hilang. Lapangkanlah dada kami dengan kelimpahan iman kepadaMu. Hidupkanlah hati ini dengan ma’rifat kepadaMu. Matikanlah ia dalam syahid di jalanMu. Engkaulah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.
Ya Allah kabulkanlah. Dan sampaikanlah shalawat kepada junjungan kami, Nabi Muhammad saw, kepada keluarga, para sahabatnya, dan juga sampaikanlah salam.”
Aamiin allahumma aamiin.